Literasi cerah ada Kita Bersama Neng Salamah

Rasa lelah telah menghalangi perjalanan saya dalam belajar menulis sehingga sedikit agak menurun semangat menulis, terutama menulis resume hasil pertemuan online dengan nara sumber. Belum sempat mengungkap hasil pertemuan ke-10 sudah diikuti pertemuan ke-11 jadinya mangkrak di blog. Beruntung ada teman yang mengingatkan kalau kita menulis harus meresapi tulisan agar tidak hilang kenikmatan dalam menulis, ada yang bilang menulis untuk menghilangkan stress. Saya pun mencoba untuk membuka blog dan pelan-pelan kuedit file yang ada di dalamnya dan jadilah resume pertemuan ke-10 bersama narasumber wanita syantik asal Dieng.

Hari itu, Senin tanggal 24 Agustus 2020, Penggagas grup belajar menulis, yaitu Om Jay dan kawan-kawan mendatangkan narasumber seorang wanita dari pegunungan Dieng. Beliau bernama Salamah, M.Pd. berprofesi sebagai Guru SD  di Wonosobo Jawa Tengah dan sekaligus seorang Mentor CPNS & Psikotes. seorang penulis, tanpa bisa menyebutkan jenis dan judul buku, telah melahirkan 34 karya yang diterbitkan oleh Penerbit Mayor.  

Pada awalnya hanya menulis tetapi belum mengenal penerbit. Pada tahun 2011 muncul ide menerbitkan buku dan mencari penerbit tetapi tidak mendapatkan, sempat juga putus asa. Akhirnya beliau menemukan seorang editor dan dengan keisengan melalui FB terjadi komunikasi. Pada tahun itu juga menulis buku berjudul UKA yang bertujuan membimbing guru menaklukkan soal UKA dan menjadi buku satu-satnya yang ditulis di wilayah sekitar. Akan tetapi  mendapat cibiran dengan sinisnya temen guru banyak yang bilang tidak ada gunanya menulis buku. Kesempatan itu datang dengan UKG yang diadakan tahun 2012 dan menulis buku dengan materi dari kompetensi paedagogik dan profesional. Beliau berusaha mencari referensi dan mencari silabus untuk mengembangkan indikator dalam bentuk soal-soal. Tetapi buku tersebut malah bikin terpuruk dan menangis karena.buku itu difotokopi ratusan eksemplar oleh sahabat di wilayah tempat kerja, padahal cuma seharga Rp 55.000 dan hanya mendapatkan royalti sebesar Rp 750.000. Yang disesalkan buku harus difotokopi padahal hanya mendapat 10% tidak sebanding sebetulnya.dengan energi yang dikeluarkan. Namun demikian, tidak membuat sedih dan terpuruk yang bikin sedih, caranya untuk menggerakkan mental orang-orang agar bisa menghargai karya orang lain itu yang belum bisa dilakukan oleh Neng Salamah, hanya bisa melaporkan ke dinas dan mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo. Katanya hasil karya seseorang harus didukung bukan dijatuhkan. Justru mendapat rahmat dengan menulis buku meskipun telah diperbanyak secara ilegal, yaitu dari buku beliau diundang ke daerah-daerah dan mendapatkan pundi uang sebagai narasumber dan menjadi mentor psikotest.

Setelah menulis buku UKG, Neng Salamah semakin kecanduan menulis, semakin mencintai menulis dan  menulis tentang motivasi. Beliau tidak usah mengajukan proposal tetapi penerbit yang mencari untuk membuat buku. Pesannya hasil karya tulis diposting di instastory tentu banyak yang membaca. Merasakan menulis yang menghasilkan pundi uang pada tahun 2015 dengan menulis buku drilliing psikotes sebuah buku fenomenal untuk training psikotes yang diterbitkan bulan Agustus bulan Oktober ludes dan tercatat sebagai best seller. Dari royalti buku, beliau mendapatkan ratusan juta rupiah sehingga dapat membiayai pengobatan putranya yang disuspek dokter sakit kista di otak. Bisa pula menghidupi keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Dari buku ini pula, beliau secara otomatis dijadikan mentor CPNS dan saat ini 25 guru SD yang siap ikut test SKB. Pada tahun 2018 dan tahun 2019 banyak yang ikut bimbingan psikotest CPNS di tempatnya, dan 98% peserta bimbingannya lolos CPNS. Neng Salamah juga memiliki segudang prestasi dengan membimbing peserta didiknya untuk mengikuti lomba dan meraih juara, misalnya juara 2 OSN IPA jenjang SD tingkat nasional, juara pidato tingkat nasional, juara 1 tari tingkat provinsi dan membimbing siswa menulis hingga mampu menerbitkan buku. dan masih banyak prestasi yang belum bisa disebutkan di sini.

Dengan kepribadian yang dimiliki, Neng Salamah patut dijadikan teladan karena lebih memilih bercerita rendah diri bukan cerita yang mencerminkan kesuksesan yang tinggi. Baliau lebih suka menceritakan kertepurukan dari pada kesuksesan. Padahal sebenarnya beliau mempunyai cita-cita cukup lumayan, yaitu menulis novel yang bercerita tentang kisah hidup seorang guru dan ingin menulis buku sebanyak-banyaknya dengan harapoan menambah literasi berkembang lebih cerah dan semakin dicintai oleh masyarakat secara luas. Dengan menulis buku beliau mendapat penghargaan dari Presiden Jokowi yaitu sebagai pemecah rekor guru menulis nasional. Pesan beliau "kita bisa menulis buku mayor dengan berjuang, semangat tetap melangkah lurus ke depan jangan menengok ke belakang hingga tujuan tercapai. Kesimpulannya para guru hebat seyogyanya berjuang untuk menulis agar literasi menjadi cerah, literasi cerah ada kita bersama Neng Salamah.








 



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

WA Grup untuk pembelajaran daring

Pengalaman Menjadi Guru

Kabar yang Masih Samar