Tekat Kuat akan Menjadi Hebat

Perjalanan saya dalam belajar menulis mulai ada titik terang untuk meraih hasil. Sanpai pada pertemuan k-9, saya menemukan beberapa hal yang sangat istimewa menurut saya, terutama dengan hadirnya narsum yang mempunyai seabrek prestasi dan aktivitas. Sebuah prestasi luar biasa telah menjadi guru berprestasi tingkat nasional, dan juara 1, amat sangat hebat sekali. Sebagai catatan awal semua yang diraih oleh narsum ini, berkat dukungan dari orang tua sepenuhnya. Menurut beliau orang tua adalah guru utama dalam pembentukan karakter di keluarga besar. Kebetulan bapak dan ibunya adalah pensiunan guru SD, sementara saudaranya semua guru kecuali yang  ragil seorang penulis novel di GM dengan salah satu karya berjudul "sebelas".  Bapaknya yang sampai saat ini rajin menulis di buku walau usia sudah 85 th, selalu memberikan keluasan untuk belajar. Ibunya juga sangat berpengaruh pada perkembangan mental sepiritual apalagi di saat kegagalan kuliah di depan mata saat S1. Ibunyalah yang selalu menguatkan dan memberi nasehat dengan untaian kalimat "kegagalan akan di lihat saat ini saja dan kegagalan masa lalu tidak akan dilihat oleh orang lain".

Dari perkenalannya, sosok nara sumber yang hadir pada hari Jumat tanggal 21 Agustus 2020 memilik nama lengkap Sigit Suryono, S.Pd., M.Pd. terlahir di Sleman pada tanggal 20 November 1976. Beliau bertugas mengajar di SMP Negeri 1 Wonosari Gunungkidul DIY dari tahun 2005 hingga sekarang. Untuk aktivitas di luar tupoksi sebagai guru, jangan ditanya lagi karena terlalu banyak yang harus disebutkan kegiatan beliau. Sebagai duta rumah belajar kemdikbud, duta sains P4TK IPA, admin FB komunitas rumah belajar kemdikbud, Ketua MGMP IPA Kabupaten Gunungkidul, dan juga Pengurus PPII DIY mulai tahun 2020. Untuk prestasi, di awal sudah sedikit saya singgung dan ini merupakan prestasi tertinggi, yaitu meraih Juara 1 Guru SMP Berprestasi tingkat Nasional tahun 2015. Dari prestasi ini narsum yang biasa dipanggil Bang Sigit ini mendapat penghargaan penyerta seperti Anugerah Gubernur DIY, Penghargaan dari Kemdikbud dan juga mendapat Satya Lencana bidang Pendidikan dari Presiden RI tahun 2016 dan mendapat kesempatan belajar singkat ke Australia tahun 2016. Hebat sungguh prestasi yang super duper. 

Bang Sigit mengakui ketika masa sekolah merupakan siswa yang tidak pernah dianggap dan jauh dari prestasi, bahkan saat kuliah S1 di UNY hampir drop out dan lulus dalam masa 7 tahun. Nilai-nilai perjuangan, komunitas dan juga kerja keras ketika kuliah, diterapkan setelah bekerja menjadi Guru. Perjuangan saat menempuh kuliah S1 aktif di organisasi kemahasiswaan sampai senat fakultas, kemudian mempunyai usaha sablon dan juga rental komputer serta mengajar di beberapa sekolah walaupun belum selesai kuliah. Ketika sudah resmi menjadi guru, memiliki kesempatan mengikuti kegiatan pemilihan simposium guru tingkat propinsi DIY tahun 2006 walupun masih CPNS padahal peserta yang lainnya adalah guru-guru pengurus MGMP setiap mapel di DIY. Sebuah modal nekat untuk ikut berkompetisi dengan para senior yang tentu sangat hebat dan sudah berpengalaman. Pengalaman dan ilmu yang mereka miliki dicoba melalui: (1) Belajar sejak dini dengan orang-orang hebat. (2). Pelajari ilmu dari orang-orang hebat tersebut dengan model ATM (Amati Tiru Modifikasi) yang bisa diterapkan dimanapun tempat dan keberadaan kita untuk berprestasi sesuai dengan bidang dan kemampuan kita masing-masing. Ketika simposium guru itulah banyak ilmu yang mempengaruhi perjalanan karier Bang Sigit sampai saat ini. Dari pengalaman tersebut maka untuk mengikuti suatu kompetisi, hal yang utama adalah: (1) Memiliki karya yang unggul, (2) Karya tulis ilmiah sesuai dengan gaya selingkungnya, (3) File Presentasi yang baik, (4) Kesiapan mental saat presentasi, (5) Fokus presentasi pada isi naskah dan tidak boleh melantur.

Keberhasilan Bang Sigit sebagai juara 1 guru berprestasi tingkat nasional tidak serta merta langsung berhasil. Ada pengalaman pahit di balik prestasi, yaitu selalu gagal di even-even sebelumnya. Ada 7 kali kegagalan dalam ajang prestasi yang lain di tingkat Nasional, seperti NITC tahun 2009, Inobel tahun 2009, tahun 2012 di ajang ki hajar juga kalah, sedangkan tahun 2013 di ajang FIG juga gagal. Beliau mencoba mengatasi kegagalan dengan mencatat semua kegiatan yang sudah dilakukan dan dievaluasi. Ada satu untaian kata mutiara dalam bahasa jawa, yaitu "Kalah cacak menang cacak", menjadi modal untuk bertekat mengikuti berbagai event perlombaaan, kalah maupun menang merupakan hal yang biasa. Selain modal nekat, beliau mendapat dukungan dari orang tua, dan juga dari istri dan anak-anak sehingga dengan penuh perjuangan dapat menjadi orang hebat. Setelah tahun 2015 ada beberapa prestasi yang berhasil dicapai setelah menjadi guru berprestasi tingkat nasional, seperti menjadi salah satu peserta terbaik literasi tingkat nasional tahun 2017, Duta Rumah Belajar terinovatif tahun 2018, Duta sains P4TKIPA, dan juga prestasi teratkhir adalah mendapat anugrah Alumni Berprestasi Sarjana Adi Manggala Bidang Pendidikan tahun 2020 pada dies Natalis UNY yang ke 56.

Beliau juag menyampaikan trik untuk mengikuti ajang kompetisi baik untuk diri sendiri maupun untuk anak didik, yaitu: (1) Mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya karya yang akan dilombkan (kecuali masih tahap awal karena hanya ingin mencoba berhasi atau gagal), (2) Karya yang diikutlombakan bukan karya yang instan artinya karya yang kita buat tidak maksimal karena hanya membuat karya saat akan ada lomba, namun disiapkan karya yang dibuat jauh hari bahkan mungkin 1 tahun pengerjaan yang di dalamnya ada jiwa dan ruh sang pencetus, (3) Jika lolos ke nasional perlu dilihat kembali aspek yang akan dinilai saat mengikuti lomba tersebut, karyanya ataukah presentasinya (hal ini sangat penting saat mengikuti suatu lomba), (4) Siapkan diri, pribadi, mental dan juga fokus pada lomba, (5) Saat presentasi fokus pada materi yang akan disampaikan, jangan sampai menyimpang dari presentasi yang telah disiapkan karena akan banyak memakan waktu.

Kesimpulannya untuk menjadi orang hebat dan meraih prestasi perlu persiapan yang matang, selalu belajar dengan orang hebat, fokus pada kegiatan yang diikuti dan memiliki tekat yang kuat. Dengan kata lain dengan tekat yang kuat akan menjadi hebat. Semoga kita bisa mengikuti jejak Bang Sigit Suryono yang mampu meraih prestasi setinggi langit, khusunya yang masih muda-muda. Bravo guru hebat. Salam Literasi.

Sarang, 21 Agustus 202o

 

 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

WA Grup untuk pembelajaran daring

Pengalaman Menjadi Guru

Kabar yang Masih Samar