belajar menulis bersama bu emi (26)

 

Malam ini saya tidak akan memberikan meteri.
Ya hanya sekedar bercerita saja.  Sejak kapan saya mulai menulis dan menerbitkan buku.  Sampai saat ini.
Sejak SMA, sekitar tahun 1990an saya sudah mulai suka menulis cerita.  Hal itu berlanjut sampai saya menjadi mahasiswa.  Apalagi saat cerpen perdana dimuat dalam majalah, rasanya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.  
Sejak saat itu saya semakin rajin menulis dan mengirim ke media.  Lumayan, honornya bisa untuk beli buku dan kebutuhan lain.  Saat kuliah saya juga sudah suka berjualan baju, celana dan jam tangan.   Karena sejak SMP kelas 1 bapak saya sudah dipanggil Tuhan.

Sejak menjadi PNS, saya berhenti menulis.   Karena semua kebutuhan sudah terpenuhi.  Beruntung, tahun;2013 berjumpa dengan penulis-penulis hebat di Bojonegoro.  Akhirnya semangat menulis saya tumbuh kembali.  Tapi tujuan menulis bukan lagi karena uang.  Melainkan ingin sukses bersama siswa.  
Tahun 2014 adalah pertama kali saya menerbitkan buku bersama siswa.
Pada tahun 2015,  saya ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional.  Awalnya ada rasa tidak percaya diri.  Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi.  Akhirnya saya mengirimkan karya inovasi, meskipun dengan setengah hati.
Namun tidak disangka, ternyata dapat panggilan sebagai finalis inobelnas.  Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia, saya diundang ke Jakarta untuk presentasi.  Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis juga.  Seusai lomba, seluruh finalis diajak berwisata di Dufan.  Meskipun belum mendapat juara, namun sudah cukup bangga, bisa belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Di samping itu,  di tahun yang sama juga mengikuti sayembara di BBJT.   BBJT kepanjangan dari Balai Bahasa Jawa Timur.  Lembaga tersebut, setiap tahun mengadakan sayembara, yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.
Puji sukur, penulis mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi.  Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan beberapa buku karya sastra siswa.  Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih berinovasi lagi.  Dengan status baru ini, saya merasa memiliki tanggung jawab moral, agar lebih giat menularkan virus literasi di manapun juga.  Bukan hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru.  Bukan hanya di Bojonegoro saja, tetapi sampai ke luar daerah.
Pada tahun 2016, saya ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.  Sebenarnya saat itu sudah untuk yang ke dua kalinya.  Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya saya ditugaskan lagi.  Ternyata tidak sia-sia.  Karena bisa menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.
Pada tahun yang sama,  kembali mengirimkan karya inobel.  Kali ini bukan atas inisiatif  bapak kepala sekolah, tetapi keinginan sendiri.  Karena pengalaman tahun 2015 lalu begitu menginspirasi.  Kali ini bukan karya baru.  Namun karya lama yang saya edit, dengan tambahan sesuai  saran dari dewan juri.  Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai lomba,  mendapat panggilan untuk short Course di Negeri Belanda.  Belajar sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super maju itu.  Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden.  Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan lain-lain.  Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.
Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali.
Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.  Kali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal.  Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional.  Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA.
TAHUN 2017
Tidak berhenti sampai di situ.  Beberapa bulan berikutnya.  Saya diundang untuk mengikuti workshop Literasi di Kota Batam.  Tidak ingin melewatka kesempatan, bersama beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.  Sehari di kota lion, melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura.
Bukan aji mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan baik.  Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut.
 Kebetulan juga bertepatan dengan liburan sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Paska menyandang predikat juara I inobelnas, saya belum boleh lagi mengikuti lomba yang sama.  Tentu dalam waktu yang belum bisa diprediksi.  Oleh karena itu, saya tidak ingin kesepian.  Lalu mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku.  Saya menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah.  Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,  berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku patungan.  Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
TAHUN 2018
Ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif.  Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah.  Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI).  Beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai berdatangan.  Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain.  
Akhirnya saya berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di Bojonegoro sendiri, saya aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).  Setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan.  Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru.  Tempatnya bisa di PBG pusat atau di PBG kecamatan.
Selain di PBG, juga saya juga aktif di PGRI.  Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan Menulis buku.  Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis.  
Menghimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media.  Jangan berharap sekali kirim pasti tayang atau dimuat.  Namun harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah.  Lama kelamaan pasti dimuat juga.
Bukan karena penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman Menulis itu sangat diperlukan.  Dengan terus-menerus mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula.  Dari proses tersebut kita belajar.  Belajar meminimalisir kekesalahan.
TAHUN 2019
Saya mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku.  Karya ini saya tulis  berdua dengan suami.  Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan kami semakin bahagia.  Aamiin.
Selanjutnya, di tahun yang sama.  Saya menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan.  Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji dan umrah.  Sedangkan buku tunggal yang ke dua adalah adalah kumpulan esai Menulis dan menerbitkan Buku sampai Keliling Nusantara dan Dunia.  Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata.
Adapun untuk patungan, seperti biasa saja.  Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Penerbit Buku  Inspiratif.  Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang, dan lain-lain.  Tapi yang paling banyak ya di Penerbit Majas Grup.  Majas memiliki 3 penerbitan. Yaitu Majas sendiri, Praktek Mandiri dan Dwi Putra Jaya.
 TAHUN 2020
Saya lebih konsentrasi untuk mengelola Perpustakaan Pribadi menjadi TBM.  Namanya TBM Kinanthi.
Kegiatan rutinnya adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis.  Lomba di TBM Kinanthi tentu berbeda dengan lomba-lomba di tempat lain.  Karena bertujuan memotivasi, maka semua peserta lomba pasti juara.  Yaitu juara 1, 2, 3 dan yang lainnya juara harapan.
Sampai saat ini di TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali pelatihan menulis.  4 kali pelatihan langsung dan yang sekali webinar.
Juga sudah melahirkan 3 buku hasil lomba dan 1 buku masih Proses di percetakan.
Dalam menyambut Bulan Bahasa Oktober nanti, TBM Kinanthi mengadakan Lomba membaca geguritan untuk siswa SD/MI.  Hal ini bertujuan untuk menanam kecintaan siswa sejak dini terhadap sastra Jawa. Khususnya geguritan (Puisi Jawa Modern).  Masih bayak lagi agenda kegiatan yang kami gagas di tahun 2021 nanti.  Dalam berkegiatan saya didukung oleh: dinas pendidikan kabupaten Bojonegoro, penerbit majas, KBM Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.
 Ternyata menulis dan menerbitkan buku itu mudah dan sangat murah.
 Bagi saya, buku adalah bukti sejarah.  Merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini.
Ayo kita tulis sejarah sendiri.  Jangan tunggu orang lain menulis tentang kita“Ternyata menulis dan menerbitkan buku itu mudah dan sangat murah”. Kalimat ini disampaikan Ibu Emi Sudarwati setelah bercerita singkat tentang perjalanan hidup sebagai pendidik dan penulis.

Cerita ini disampaikan ibu Emi kepada ratusan guru yang mengikuti kelas online “Belajar Menulis bersama OmJay”, pada Rabu (30/09/2020) malam.

Bagi guru berprestasi asal Bojonegoro ini buku merupakan bukti sejarah. “Bagi saya, buku adalah bukti sejarah, merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini”, tandasnya.

Oleh karena itu ia mengajak, “Ayo kita tulis sejarah sendiri.  Jangan tunggu orang lain menulis tentang kita”.



Comments

Popular posts from this blog

WA Grup untuk pembelajaran daring

Pengalaman Menjadi Guru

Kabar yang Masih Samar