Hadiah paling seru buat Sang Guru

 

Pagi itu, Pak Brodin sudah siap lengkap dengan Pakaian Dunas Harian untuk menunaikan tugas sebagai abdi negara. Pengabdian yang cukup panjang karena sudah dijalani sejak tahun 1986 atau kurang lebih 30 tahun lamanya. Sudah berpuluh-puluh siswa yang sukses berkat ilmu yang diberikan dengan tulus ikhlas dan penuh dedikasi. Dengan senang hati, beliau berangkat dari pagi dan pulang tengah siang hari, seringkali pula mengikuti kegiatan-kegiatan pengambangan diri untuk memperdalam wawasan dan konsep keilmuan.

Setiap hari, Pak Brodin selalu ditemani sepeda motor bututnya yang dengan setia mengantar ke tempat tugas sejak tahun 2006. Disebut butut karena produk sepeda motor sejenis itu sudah tidak ada di peredaran. Sudah banyak model sepeda motor terbaru dan lebih canggih yang berseliweran di jalanan. Pada awal dibeli, sepeda motor itu cukup ngetrend di kalangan masyarakat karena selain baru muncul dan menggunakan double starter, untuk harga juga terjangkau. Kurang lebih 10 tahun sudah berjalan dan sudah digeser oleh produk baru dengan sistem matic, Pak Brodin tetap setia dan tidak mau berganti dengan yang lain.

Di sepanjang jalan menuju tempat tugas, Pak Brodin selalu disalip pengendara sepeda motor model keluaran tahun terbaru. Beliau tetap tenang dan enjoy, pelan tapi pasti tetap menderukan sepeda motor bututnya. Setiap penyalip atau yang berpapasan selalu membunyikan klakson dan dibalas juga dengan bunyi klakson sebagai pertanda komunikasi dalam berkendara di jalan. Ada kenikmatan tersendiri dalam mengendara sepeda motor butut bagi Pak Brodin karena tidak pernah ada kendala hingga ke tempat tugas.

Dalam waktu yang cukup singkat, kurang lebih 10 menit Pak Brodin sudah sampai di tempat tugas, di SD N Gunungrejo. Sepeda motor diarahkan ke tempat parkir untuk berhenti di sana dan melepas helm kemudian berjalan menuju ruang guru. Masih ada waktu 15 menit untuk berbincang-bincang dengan guru-guru yang kebetulan sudah hadir. Waktu yang tidak terlalu lama karena asyik membahas kemajuan dan perkembangan sekolah yang menjadi tempat mengabdi untuk negara dan masyarakat.Tibalah saatnya para guru memasuki kelas masing-masing.

Pada tahun pelajaran saat itu, Pak Brodin mendapat pembagian tugas mengajar kelas V yang kebetulan ruang kelasnya tidak begitu jauh dari ruang guru. Hanya beberapa langkah sudah sampai di depan kelas dan dibukalah pintu yang masih tertutup. Alangkah terkejutnya ketika pintu terbuka, beliau melihat ruang kelas yang kosong tak berpenghuni. Diedarkan pendangan matanya ke seluruh pojok ruangan bahkan diintipnya lorong-lororng meja tatap kosong. Biasanya ada sambutan salam hangat dari 21 siswa yang duduk di kelas V, pagi itu terasa hampa tak ada sambutan sama sekali.

Pak Brodin berbalik dan duduk termenung di depan kelas sejenak dengan hati gundah gulana dan diselimuti rasa penasaran. Tak berapa lama kemudian berjalan ke ruang-ruang kelas lain dan di sana sudah banyak siswa yang dengan tekun mengikuti proses pembelajaran. Akan tetapi, siswa kelas V tidak ada satu pun yang masuk hari itu. Pak Brodin kembali ke ruang kelas V dengan langkah putus asa dan berharap tidak terjadi sesuatu dengan siswa. Diambilnya kursi guru untuk duduk di depan pintu sambil menikmati semilir angin pagi yang berhembus sepoi.

Untuk mengisi kekosongan waktu sambil menunggu kemungkinan yang terjadi, Pak Brodin menyempatkan diri membaca buku yang kebetulan ada di meja guru. Tak terasa sudah pukul 09.00, dan seharusnya sudah jam istirahat untuk siswa yang belajar, sementara sudah semua buku terbaca. Belum ada satu siswa pun yang datang dan masuk kelas, padahal sesuai dengan jadwal hari ini ada bimbingan khusus bagi siswa yang mengikuti lomba pidato untuk memperingati hari Guru. Beliau menghirup udara dalam-dalam dan ditahan sebentar dikeluarkan pelan-pelan untuk menghilangkan kerisauan hatinya lalu beranjak menuju ruang guru dan bergabung dengan guru-guru yang sudah terlebih dulu mengambil waktu istirahat.

Di ruang guru, Pak Brodin bercerita kepada guru-guru tentang keadaan kelas V dan sekejap menjadi viral di kalangan SD Gunungrejo bahwa siswa kelas V mogok belajar. Guru-guru merasakan ada satu keanehan kalau memang siswa kelas V mogok belajar, padahal secara rutin tiap hari guru kelasnya selalu datang memberi materi pelajaran dan jarang kosong. Banyak siswa, terutama siswa kelas VI yang menganggap siswa kelas V lebay, orang sebaik Pak Brodin harus didemo dengan mogok belajar. Pak Brodin hanya bisa berdiam diri dan tak satu pun komentar yang dikeluarkan mendengar tanggapan warga sekolah tentang peristiwa mogoknya siswa kelas V.

Suasana kembali sunyi di ruang guru dan di sekolah karena siswa kelas lain sudah memasuki jam pelajaran setelah istirahat. Pak Brodin tinggal sendirian meratapi nasibnya yang dirasakan ada kesialan yang menimpa dirinya karena didemo oleh siswa kelas V. Penjaga Sekolah merasa heran melihatnya masih termangu di kursinya dengan pandangan kosong seperti kosongnya kelas yang seharusnya beliau ajar dalam proses pembelajaran

Tak lama kemudian terjadi kegaduhan di halaman sekolah, sekelompok anak dengan pakaian bebas dan sambil bernyanyi dengan nada tak beraturan berjalan berhamburan di halaman. Pak Brodin menengok keluar dan memang benar adanya, siswa kelas V dengan langkah gontai berjalan menuju ruang kelas V. Beliau keluar dari ruang guru dan mengamati dengan seksama siswa yang baru berdatangan di halaman dan tatkala melihat gurunya mereka berlarian dan berdesakan masuk ruang kelas. Begitu Pak Brodin yang menjadi guru kelasnya sampai di depan pintu, mereka serentak berdiam diri seperti orong-ororng yang terinjak kaki seseorang.

Sejurus kemudian Pak Brodin memasuki ruang kelas, dengan tatapan tajam diedarkan pandangannya ke sekeliling ruang kelas. Dengan nada tinggi, dibentaknya seluruh siswa kelas V dan mengeluarkan kata-kata dengan nada marah. Banyak sekali untaian kata marah dikeluarkan dan ditujukan kepada siswa kelas V tetapi semua siswa menanggapi dengan pandangan datar. Mereka tak satu pun menanggapi kemarahan gurunya yang tak hentinya membentak dan kadang ada keterkejutan dalam diri siswa. Seakan-akan tak ada rasa puas dari beliau untuk memarahi siswa kelas V yang dianggap teledor dan menyepelekan dirinya.

Belum reda kemarahan Pak Brodin, datanglah tiga anak asing dan nyelonong masuk ruang kelas V. Serentak semua siswa kelas V menyanyikan lagu ulang tahun sambil bertepuk tangan. Ketiga anak tersebut yang tak lain adalah anak beliau sendiri, yaitu: Ihda, Tiyasna dan Tsalitsa membawa kue ulang tahun dan bertuliskan angka 50. Beliau baru sadar kalau hari itu tanggal 25 November merupakan hari lahirnya sendiri yang sudah dilupakan dan tidak ingat sama sekali. Seketika suasana ruang kelas V berubah menjadi meriah dengan nyanyian dan tepuk tangan serentak hingga terdengar di ruang kelas lain.

Selesai menyanyikan lagi ulang tahun dan happy birth day serta potong kue yang dibagikan kepada semua yang hadir, terdengarlah alunan sebuah lagu “Hymne Guru Pahlawan tanpa Tanda jasa” seperti berikut.



 

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

s’bagai prasasti terima kasihku ‘ntuk pengabdianmu

Engkau bagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa,

Tanpa tanda jasa

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 


Pak Brodin menahan rasa haru dalam hatinya dan tak disadari pula air mata menetes perlahan membasahi kedua pipinya. Sambil menahan tangis, Beliau mengucapkan terima kasih kepada semua siswa kelas V dan tak ketinggalan kepada ketiga anaknya yang kebetulan hari itu juga sedang menikmati libur panjang yang diberikan kepada mereka yang kuliah dan sekolah di SMA. Khusus Tsalitsa sengaja mohon ijin kepada gurunya untuk memperingati hari ulang tahun ayahndanya. Semuanya, baik dari siswa dan juga anaknya didedikasikan khusus kepada beliau sebagai guru mereka.

Di tengah hiruk pikuk kegembiraan anak-anak, Pak Brodin berpesan kepada mereka bahwa kado yang diberikan kepadanya memang tiada tara nilainya. Akan tetapi ada kado yang lebih seru sebagai hadiah ulang tahun, yaitu sebuah prestasi yang harus diraih oleh mereka yang membanggakan bagi dirinya dan bagi SD Gunungrejo. Itulah yang semestinya dihadiahkan kepadanya bukan kue ulang tahun saja. Kalau beliau diminta pendapat tentang kado paling seru, pasti jawabannya prestasi dari anak-anak dan siswa yang dibimbingnya dapat mencapai yang setingi-tingginya.

Untuk yang kedua kalinya belum selesai menyampaikan pesan sudah diputus dengan lagu “Terima kasihku” dari anak-anak yang hadir di ruang kelas V. Suasana semakin meriah dengan kehadiran beberapa guru dan siswa kelas lainnya yang ikut serentak mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” dan ikut menyanyikan lagu bersama-sama. Berikut ini lagunya.

 

Terima kasihku kuucapkan

Pada Guruku yang tulus

Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan

Untuk bekalku nanti

Setiap hari ku dibimbingnya

Agar tumbuhlah bakatku

Kan kuingat selalu nasihat guruku

Terima kasihku kuucapkan

 

 

 
 

 

 

 

 

 

 

 


Selesai menyanyikan lagu, seorang siswa kelas V yang mnejadi wakil SD Gunungrejo maju dan mempersembahkan sebuah piala kejuaraan. Untuk kesekian kalinya, Pak Brodin seperti orang tak sadarkan diri karena lupa bahwa hari itu adalah pelaksanaan lomba berpidato dalam rangka memperingati hari Guru. Ini disengaja pihak sekolah untuk tidak memberitahukan kepadanya. Beliau mengamati dengan seksama dalam piala dan piagam tertulis sebagai juara ke-3 dalam lomba berpidato pada hari Guru. Siswa tesebut mengucapkan terima kasih kepada Pak Brodin yang telah berminggu-minggu membimbingnya dengan penuh kesabaran dan seperti orang tuanya sendiri. Semua ini dicapai karena pengabdian guru kelas mereka yang amat dihormati sekaligus disayangi.

Pak Brodin sangat terharu karena memperoleh kado yang sangat seru dari siswa-siswanya yang telah meraih prestasi yang membanggakan dirinya dan sekolah. Tak sia-sia kesabarannya selama membimbing siswa dan berhasil meraih prestasi. Belum reda keharuannya, anak pertama, Ihda yang sedang menempuh kuliah di sebuah perguruan tinggi di Semarang, menyodorkan selembar kertas kepadanya. Beliau membaca dengan cermat yang di dalamnya terurai angka-angka dan pernyataan. Ternyata itulah hasil akumulasi nilai semester I hingga semester IV yang diperoleh Ihda dan mendapat predikat cumlaude atau Dengan Pujian serta berhak mendapat beasiswa kuliah jalur prestasi. Kemudian Tiyasna, anak kedua juga menyodorkan hasil UTS di SMA dan untuk sementara meraih ranking 2 paralel dari semua kelas. Untiuk Tsalitsa juga sama dari hasil UTS untuk Sekolah Dasar telah mreaih ranking 1 di kelasnya.

Berkali-kali Pak Brodin mendesah pelan sembari mengucapkan terima kasih kepada Tuhan  Yang Maha Esa karena berkat usaha kerasnya dan kepada semua pihak, siswa kelas V, anak kandungnya yang telah meraih prestasi sesuai harapannya. Tak ketinggalan menghaturkan terima kasih juga kepada pihak sekolah yang telah mendukungnya dalam membimbing siswa. Sebuah kepercayaan yang diembannya dengan tulus dan penuh tanggung jawab. Kepala Sekolah sebagai wakil dari sekolah secara spontanitas memberikan sambutan juga.

Dalam sambutannya, Kepala Sekolah tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi jerih payah yang diperoleh siswa semua itu karena dedikasi Pak Brodin. Bentuk apresiasi yang diberikan kepada beliau dari sekolah berupa fasilitas pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler agar dapat dimanfaatkan untuk membimbing siswa dan mampu meraih prestasi. Kepala Sekolah mengajak kepada semua yang hadir di ruang kelas V secara serentak mengucapkan “TERIMA KASIH GURU KAMI” semoga panjang umur dan berkah hidupnya.    

 

Comments

Popular posts from this blog

WA Grup untuk pembelajaran daring

Pengalaman Menjadi Guru

Kabar yang Masih Samar