Guru Pinggiran memimpin Sekolah Penggerak

Tak terasa sudah 30 tahun lebih, Pak Broadin mengabdi pada negeri. Liku-liku perjalanan dari awal mendaki jalan terjal di lereng gunung kemudian berputar di sepkitar daerah pantai dan ditepi hutan tak lelah dilaluinya dengan ikhlas tanpa batas. Dengan senang hati, dididiklah anak negeri sehingga menjadi cendekiawan bangsa. Memang aneh menurut dirinya secara pribadi, bahwa belum pernah sekali pun rasanya menikmati sekolah di tengah kota, jangankan di kota kabupaten di kota kecamatan saja belum pernah. Semua sekolah yang menjadi tempat tugas mengabdinya selalu di pinggiran wilayah. Sehingga, beliau terkenal dengan sebutan guru pinggiran. Meskipun demikian, diterimanya dengan ikhlas dan sepenuh hati tidak muncul rasa iri dan dengki.

Pengalamn menjadi guru pinggiran yang paling menarik adalah ketika Pak Broadin mampu membawa anak-anak pegunungan berprestasi hingga tngkat provinsi. Membawa siswa pinggiran mampu bersaing dengan siswa di perkotaan, baik secara akademik maupun non-akademik. Sungguh tak disangka, jika siswa-siswa yang dididik mampu mendapat ranking 4 se kabupaten saat menerima hasil ujian nasional. Mampu membawa siswa menjuarai POPDA untuk cabang sepaktakraw di tingkat provinsi. Meskipun guru pinggiran ternyata mampu bersaing dengan guru kota. Dia sendiri pernah meraih guru berprestasi di tingkat kabupaten dan maju tingkat provinsi namun belum berhasil baru sampai pada grade 6 besar. Namun demikian, beliau tetap menjadi guru pinggiran yang semenjana.

Sejak 8 tahun yang lalu, Pak Broadin diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah. Secara otomatis dirinya harus bertindak menjadi pemimpin di sekolah dan harus mampu mengelola sekolah secara transparan dan visioner. Sama dengan ketika menjadi guru, dia selalu mendapat tugas memimpin sekolah di pinggiran dan mendapat julukan KS pinggiran. Namun demikian, beliau tetap menerima dengan senang hati dan tugas dijalani penuh dedikasi dan langkah pasti, tak pernah sakit hati. 

Sejak menjadi Kepala Sekolah, Pak Broadin berupaya menjadi pemimpin yang amanah. Mengalami hala-hal di luar dugaan dan menjadi pengalaman yang sangat menarik. Sudah menghadapi berbagai karakter pribadi maupun masyarakat karena selama itu pula, sudah mengalami 4 kali mutasi. Setiap kali mutasi dijalani dengan enjoy dan bersahaja sehingga mendapat predikat tambahan sebagai Kepala Sekolah Bersahaja atau semenjana.  Saat ini, dipercaya memimpin dan memanage SD N Gilis, termasuk sekolah pinggiran di wilayah Kecamatan Sarang.

Pak Broadin seorang individu yang low profil, selalu menjaga amanah dan tidak menunjukkan karakter ambisius. Ibarat pepatah bahasa jawa tidak mau "Kebo nantang rakitan", tidak mau mencari pekerjaan jika tidak ada ugas. Sehingga terkesan menjadi Kepala Sekolah terpinggirkan, atasan dalam ini korwil dan oengawas tidak akan memberi tugas beliau jika masih ada yang mengambil tugas tersebut. Bahkan tidak pernah mendapat apresiasi ketika mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam prestasi. Namun demikian, beliau tetap enjoy dan senang hati menerima  hal yang tidak seusai dengan ekspektasi.

Pada beberapa bulan yang lau, Pak Broadin mendapat tugas yang sangat mengejutkan, yaitu tugas mengikuti seleksi Kepala Sekolah pada program sekolah penggerak. Tugas itu harus diterima karena  merupakan kepala sekolah yang dipandang mampu mengikuti seleksi bersana 6 Kepala Sekolah dari wilayah Kecamatan Sarang. Dengan senang hati, dijalani proses seleksi dari tahap I mengisi data dan menjawab esay kemudian seleksi simulasi mengajar dan wawancara. Secara pribadi dirinya merasa tidak yakin lolos pada tahap ke-1. Dalam menjawab easay seperti tidak ada greget asala menjawab. Tenryata dari 6 kandidat dia menjadi satu-satunya Kepala Sekolah yang lolos dari wilayah Kecamatan Sarang. Lanjt pada seleksi tahap kedua, dilalui dengan simulasi mengajar muatan lokal bahasa jawa dan wawancara pada tanggal 16 November.

Belum ada gambaran lolos menjadi Kepala Sekolah penggerak, rasa pesimistis telah menggelayut di hatinya. Pak Broadin merasa demikian karena tidak mendapat motivasi dari lingkungan atasan, korwil maupun pengawas dabin. Dalam hatnya hanya ada kata "layakkah guru pinggiran memimpin sekolah penggerak?" Sebuah pertanyaan yang menjadi retorika belaka.  


Akhir November 2021

Salam Bolgger dari Guru pinggiran

 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

WA Grup untuk pembelajaran daring

Pengalaman Menjadi Guru

Kabar yang Masih Samar