HUJAN DAN KENANGAN

Malam jumat tepat pukul 18.00 WIB berkumandang panggilan Sang Ilahi untuk menjalankan ibadah. Maksud hati menghamba pada waktu maghrib di masjid desa bersama masyarakat sekitar. Entah untaian langkah ke berapa, tiba-tiba hujan mengguyur secara spartan, lebat sekali dan dengan terpaksa kubalikkan langkah kembali ke rumah. Akhirnya aku salat berjamaah 3 rakaat di rumah bersama istri yang juga gagal ke musholla karena terhalang hujan.

Selesai salat maghrib, kulantunkan ayat-ayat suci kalam Ilahi beberapa lembar dari Al Quran. Kemudian bercengkerama dengan istri sembari menikmati makan malam. Kami hanya berdua di rumah karena anak-anak sudah berkelana menimba ilmu di ranah masing-masing, ada yang di Semarang, di Malang juga ada dan yang bontot mondok di Rembang. Sambil menikmati sajian cemilan, kubuka link youtobe untuk memindai lagu-lagu kenangan masa lalu, utamanya di era 80-an. Terdengarlah lagu-lagu kenangan dari seorang penyani favorit waktu itu, yaitu Dian Pieshesa. Ada sebuah lagu yang sangat enak didengar dan sangat merdu di telinga.

Tiba-tiba ingatan melayang terbang menerobos rintik hujan yang sudah mulai mereda. Ketika itu, di tahuan 1984, aku sedang menempuh pendidikan untuk menjadi seorang guru sekolah dasar. Pada saat jam pulang tiba-tiba hujan turun lebat juga membuat aku harus mencari tempat untuk berteduh. Tibalah di rumah yang tak berteras tetapi halamannya cukup rindang karena banyak tumbuh pohon waru dengan daun cukup lebat. Aku pun berlari ke rumah itu dan berteduh di bawah salah satu pohon waru yang sangat lebat daunnya.

Muncul rasa takut dan merinding karena berdiri sendirian di situ, Bukan karena hantu yang kebetulan rumah itu juga kosong tetapi rasa dingin yang menyergap tubuh dan dinginnya menusuk hingga tulang belulang. Rasa takut semakin menjadi dengan hadirnya seorang gadis seumuran anak SMP dan berambut panjang diikat seperti ekor kuda. Setelah berbasa-basi denganku, dia berdiri di sampingku. Karena dirundung ketakutan yang cukup mendalam, tak bisa kurasakan hangat yang menyengat tubuhkan berdampingan dengan dia.

Kupandangi dengan seksama sekujur tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung sepatu. Sorot wajah yang cantik menghias tubuh semampai dibalut baju seragam biru putih dan dihiasi sepatu hitam berkaos kaki putih, alangkah nikmatnya di mata. Ketakutanku seketika hilang ketika kupandangi kakinya yang berpijak dengan tegap di atas tanah. Keberanikan diri berkenalan dengan si dia yang ternyata rumahnya dekat dengan kos-kosanku. Kenangan yang cukup indah bagiku karena baru pertama kali saat itu juga berkenalan dekat dengan seorang gadis. Hujan dan Kenangan selalu menghantui ingatanku hingga sekarang.        

  

Comments

Popular posts from this blog

WA Grup untuk pembelajaran daring

Pengalaman Menjadi Guru

Kabar yang Masih Samar